Rabu, 19 Desember 2012

Analisis jurnal


M.Khairul Amin
1220620152
125060201111035



            Manusia telah menempati bumi ini sudah sangat lama sekali,namun sejak abad ini manusia telah melakukan hal-hal yang membuat keadaan lingkungan ini berubah. Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk dan industrialisasi. Temperature global telah naik 0,5 K sejak tahun 1900, hal ini menyebabkan permukaan lautan menjadi naik,puncak es kutub menyusut,dll. Pembakaran fosil dan penebangan hutan bergabung  menjadi mengakibatkan pertambahan tingkat karbon dioksida(co2) di atmosfer; bergabung dengan hasil gas lain dari industrialisasi ini memacu pemanasan global,disebabkan suatu proses yang biasanya dinamakan “efek rumah kaca”
            Masih terjadi perdebatan ,apakah model model klimatologi sekarang membuktikan secara khusus bahwa kenaikan pemanasan global telah terjadi. Namu, ada suatu consensus dalam masyarakat ilmiah bahwa kelanjutan kegiatan manusia sekarang akan menghasilkan pemanasan bumi yang lumayan tinggi yaitu sekitar 1,5 sampai 5,5 K pada 50-100 tahun yang akan datang. Pemanasan global sebesar ini tentu akan mempunyai dampak yang besar bagi pertanian,margasatwa dan masyarakat.
            Bila bumi menyerap radiasi matahari terus menerus tentu temperatur permukaan bumi juga akan naik terus menerus,namun pada kenyataan nya tidak demikian. Hal ini karena bumi selain menyerap energy dari matahari bumi juga memantulkan kembali energy yang diserap menuju luar angkasa. Nah disinilah terdapat kesetimbangan energy. Jadi temperatur di bumi tidak akan terus menerus naik jika kesetimbangan ini terus terjadi.
            Temperatu permukaan matahari mendekati 6000 K,spectrum radiasinya terdiri dari panjang gelombang yang pendek. Hal ini didapatkan dari penelitian dan juga dari hokum pergesaran wien karena matahari dianggap sebagai  benda hitam. Radiasi yang diserap oleh bumi terjadi pada bagian bumi yang menghadap matahari saja ,hal ini berarti tidak semua radiasi matahari yang tertangkap oleh bumi diserap,sebagian dipantulkan(hal ini yang dilihat oleh para astrounot di luar angkasa cahaya dari bumi) karena itu kita dapat menulis persamaan berikut:
Daya yang diserap bumi=(1-r)πRE2SW (1)
            Bumi meradiasi kembali sebagian dari daya yang diserap ke angkasa. Daya yang diradiasi oleh bumi dituliskan seperti persamaan berikut:
Kerapata Daya yang diradiasi = eσ TE 4 W/m2 (2)


Sementara untuk daya yang diradiasi oleh bumi adalah luas x eσ TE 4 W/m2
Oleh karena luas bumi berupa lingkaran maka luasnya 4πr2          
Jadi daya yang diradiasi oleh bumi adalah 4πRE2 eσ TE 4 W
Untuk kondisi setimbang ,daya yang diserap dan diradiasi oleh bumi harus sama:
(1-r)πRE2SW=4πRE2 eσ TE 4 W (3)
Persamaan ini ,untuk pendekatan yang diajukan,adalah kesetimbangan energi atau daya bumi. Membaginya dengan luas permukaan bumi, 4πRE2 ,kita dapatkan
 = eσ TE 4 W/m2   (4)
Dimana laju rata-rata penyerapan energy dan selanjutnya diradiasi oleh tiap meter persegi permukaan bumi(sekitar 237 W/m2 , sekitar kekuatan empat bola lampu 60 watt untuk tiap meter persegi)
            Untuk energy selain dari matahari efeknya sangat kecil jika dibandingkan. Dengan mengabaikan hal ini maka kita dapatkan persamaan temperaturnya

TE=     (5)
Penurunan pada reflektivitas bumi,r,atau emisivitas relative,e, akan menghasilkan kenaikan pada temperature rata-rata. Inilah pada dasarnya sifat gas yang membuat atmosfer bumi mempengaruhi besaran-besaran ini.
            Atmosfer cukup transparan bagi radiasi matahari yang masuk dari matahari. Walaupun gas-gas utama yang masuk dari atmosfer oksigen (O2) dan nitrogen (N­2), adalah transparan bagi radiasi termis tidaklah demikian untuk semua gas dalam atmosfer bumi, namun sebagian terjebak ketika diradiasikan kembali sebagai radiasi termis panjang gelombang yang lebih tinggi dengan menghasilkan pemanasan bumi.
Kita sudah sangat akrab dengan istilah “efek rumah kaca" untuk menggambarkan pemanasan global dan “gas rumah kaca” untuk memberi ciri gas yang berkontribusi pada pemanasan global dengan menyerap radiasi termis.
Gas paling lazim yang menyerap radiasi termis adalah uap air dan korbondioksida. Tanpa keuntungan termis dari uap air dan karbondioksida, temperatur bumi sebenarnya akan tak cukup untuk kebanyakan bentuk  kehidupan yang ada. Hubungan antara “gas rumah kaca” adalah rumit. Ketika tingkatan total mereka naik dan temperatur global naik maka laju penguapan air laut akan diperkuat/diperbesar. Sementara ini akan menimbulkan lingkaran umpan balik positif dengan memborong konsentrasi atmosferik uap air, juga sangat mungkin mempengaruhi penutup awan bumi. Awan memiliki peran yang sampai sekarang sangat kurang dimengerti dalam persamaan secara keseluruhan. Awan menaikkan reflektifitas bumi, dengan demikian mengurangi pemanasan global, pada saat yang sama awan mereduksi laju energi termis yang dapat diradiasi ke dalam ruang angkasa dan dengan demikian menguatkan pemanasan global.
Ozon (O3) dibentuk sebagai hasil proses fotokimia yang terutama melibatkan cahaya matahari, methane, karbon monoksida, dan nitrogen oksida. Konsentrasi O3 di troposfer telah naik 10% (belum memperhitungkan pengurangan konsentrasinya di strotosfer di atas kutub-kutub). Kenaikan serupa telah terjadi pada nitrous axide , ini muncul terutama karena penggunaan pupuk berbasis nitrogen, penebangan hutan dan pembakaran biomassa.
Temperatur global rata-rata telah naik sekitar 0,5 K sejak 1900. Pada hal ini, enam tahun terpanas yang tercatat sampat saat ini terjadi sejak 1980. Lebih banyak data diperlukan sebelum mungkin menyatakan tanpa dalih bahwa perubahan iklim sedang terjadi dan bahwa kenaikan konsentrasi “gas rumah kaca” memang merupakan penyebab perubahan itu. Namun memang tidak ada keraguan  bahwa kenaikan terus menerus pada suatu saat akan menuju efek ini. Menunda tanggapan kita mengenai hal ini  sampai analisis disimpulkan akan berarti kerusakan akan lebih jelas dan lebih sulit dikontol atau musnah.
Jadi kesimpulannya agar kita tidak mempertambah parah kondisi alam kita ,kita harus mulai sedikit demi sedikit meninggalkan energy yang berasal dari fosil. Karena hasil dari pembakaran fosil itu kurang bersahabat bagi lingkungan. Itu terjadi jika pembakaran yang sempurna. Pembakaran yang sempurna saja membahayakan, apalagi pembakaran yang tidak sempurna ,disana terdapat karbon monoksida yang sangat bisa mematikan bagi yang menghirupnya. Kita harus memulainya sebelum terlambat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar